JURNALISTIK


Jum'at, 6 Januari 2012


ini adalah cuplikan video klip LEMBAGA PERS MAHASISWA ARENA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. sumber: www.youtube.com/lpm arena
cuplikan video klip proses jurnalistik. LEMBAGA PERS MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA memperlihatkan proses dan gelutan jurnalistik. sumber:www.youtube.com/lpm arena

   

Selasa, 3 April 2012

Opini :

"MEMBERI TIDAK SAMA DENGAN PEDULI" Sebagai Selogan Berunsur Politik Etis

Berawal dari langkah saya pada waktu itu dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya yang akan menuju ke sebuah tempat fotokopi. Saya mendapati seorang nenek tua berpakaian compang-camping sedang meminta-minta dengan segenggam gelas plastik kecil bekas minuman. Pemandangan itu saya jumpai di sebelah timur gedung Poliklinik UIN Sunan Kalijaga pada hari jum’at 30 Maret 2012 kemarin.
Saat itu saya tidak begitu merespon tentang situsi seperti itu. Setelah beberapa langkah saya mulai jauh dari nenek yang meminta-minta itu, entah bagaimana tiba-tiba fikiranku terbayang yang telah saya lewati tadi. Sekitar beberapa meter setelah melewati nenek pengemis itu saya menolehkan kepala kebelakang dan merasa prihatin dengan keadaan semacam itu. Saya memperhatikan beberapa mahasiswa lain yang juga tengah lewat di depannya tidak juga memberikan sedikit uang atau makanan kepada pengemis itu. Entah mereka memang tidak sedang membawa sedikit bekal atau uang ataukah memang tidak sedang ingin sedikit berbagi, yang jelas mereka cuma melewati begitu saja. Tak lainpun juga saya sendiri. Karena saya pun pada watu itu juga tidak sedang mengenggam uang kecil.
         Tidak lama saya memperhatikan kondisi yang saat itu sedang lumayan ramai dengan lalu-lalang mahasiswa yang melewati jalanan kecil di sebelah timur gedung Poliklinik itu. Saya segera meneruskan langkah saya meninggalkan pengemis itu secepatnya menuju tempat fotokopi karena desakan tugas-tugas yang menumpuk. Sesamapai di tempat fotokopi saya teringat lagi dengan apa yang telah saya lihat tadi. Sambil menunggu pelayan fotokopi yang sedang sibuk menyelesaikan tugasnya, saya menyesal sendiri karena tidak

                                                        Foto ini diambil langsung pada hari Jum’at 30 Maret 2012
      antara pukul 11.00-11.15 WIB di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
mengabadikan peristiwa saat itu. Saya menjadi amat prihatin dengan kondisi semacam itu. Dimana nenek tua berjilbab memakai topi dan baju kotor compang-camping sedang mengurai nasib di kampus kami dengan sedikit harapan iba dari para teman-teman mahasiswa. Dia duduk beralaskan tanah yang sedikit di lapisi rimput dengan kondisi yang terlihat lemas.
Berbekal handphone (HP) seadanya yang setia bersembunyi di kantong saku baju saya, segera saya tinggalkan tempat fotokopi itu seuasi beres keperluan saya. Dengan sedikit langkah cepat saya segera menuju kembali ke tempat kejadian perkara (TKP) tadi. Dan ternyata nenek tua yang sedang meminta-minta itu ternyata masih setia mengharap belas kasih dari para teman-teman mahasiswa yang lewat. Saya mencoba mengabadiakan peristiwa itu dengan kamera handphone seadanya. Sempat saya memotret tiga kali lantas saya segera meninggalkan nenek pengemis itu kembali.
Saya segera melangkah pergi dan semakin jauh dari tempat kejadin itu. Sejenak dalam langkah saya terselip pikiran apa yang sedang dilakukan para petinggi dan pengasa negeri ini. Sejenak saya konsentrasi dengan apa yang sudah saya lihat tadi. Saya sedikit melamun dalam langkah saya. Lantas saya mulai teringat dengan baliho, pamflet yang banyak tersebar di perempatan lampu merah di Yogyakarta. Dengan tulisan yang entah itu bisa dikatakan membela rakyat atau malah menyengsarakan rakyat. Banyak kita jumpai tulisan-tuisan “MEMBERI TIDAK SAMA DENGAN PEDULI”. Lalu kita seolah diperintahkan untuk membiarkan pengemis jalanan dan menyumbangkan sedikit uang kita pada lembaga, biro atau rumah penampungan dana bagi para orang-orang miskin.
Jika saya fikirkan, kebijakan dan harapan pemerintah penguasa agar kita membiarkan pengemis jalanan itu tidak memegang uang (dalam hal ini kita dilarang memberi) itu adalah politik etis belaka yang belakangan ini diterapkan pada sistem pemerinahan. Jika pemerintah dan para elit politik setuju dan bahkan dengan gencar-gencarnya memasang baliho bertuliskan “MEMBERI TIDAK SAMA DENGAN PEDULI” yang banyak di pasang di perempatan jalan, maka apa yang sudah mereka lakukan selama ini untuk memberdayakan para pengemis? Para elite pemerintah hanya memanfaatkan kesempatan itu hanya untuk mempercantik diri, mempercantik tata lingjungan kota tetapi tidak memikirkan solusi lanjut supaya hal ini terjadi secara balance.
Maka dengan itu, sama saja halnya terhadap lingkungan yang lain. Sebagai dampak dari kebijakan itu tentu bisa saja mereka (para pengemis dan gelandangan) mencari tempat perlindungan lain yang dirasa masih cocok untuk mengambil belas kasih orang lain. Seperti halnya nenek-nenek pengemis yang sempat saya foto diatas yang sedang mengadu nasip pada para mahasiswa yang lalu-lalang di depannya. Bukan tiak mungkin para pengemis yang masuk dalam area kampus sekalipun merasa tempat itu lebih cocok untuk meminta-minta. Dan hal itu sama saja nasibnya saat ia meminta-minta di jalanan umum. Toh, juga tata kehidupannya sama saja tidak mengalami perubahan. Dan itu jika masih berlanjut pasti akan beralih berurusan dengan pihak kampus dan keamanan nya. Dengan itu mereka pasti akan mencari tepat lain yang tidak akan merubah nasibnya.
Dan apabila kebijakan pemerintah untuk mempercantik diri dan mempercantik tata lingkungan kota dengan baik tanpa merugikan pihak yang lain, sudah pasti akan mencarikan solusi dengan baik dan benar. Solusipun sudah ditemukan dan diadakan. Namun apakah selama ini sudah berjalan dengan semestinya? Saya rasa tidak. Karena walaupun dipandang orang daerah perkotaan dan jalanan yang minim dengan pengemis tampak tertib, tetap saja di daerah pinggiran masih banyak pengemis.
Dan selogan-selogan “MEMBERI TIDAK SAMA DENGAN PEDULI” itu apa gunyanya? Hanya untuk memberikan kenyamanan para pengguna jalan yang juga para orang-orang elit? Lalu dana-dana sumbangan yang mereka anjurkan untuk disalurkan kepada yang berwenang itu buat apa? Pasti ada kong-kalikong dibalik itu semua. Mereka (para pemerintah) seharunya tanggap dengan apa yang mereka lakukan. Bukan hanya untuk kepentingan tata kota saja tapi juga harus mementingkan bagaimana nasib mereka (para pengemis) yang terlantur-lantur akibat tidak adanya orang yang berbelas kasihan karena fikiran mereka yang telah teracuni oleh selogan para pejabat elit itu.
Memang jika dianggap benar, ya memang benar bila tata kota, lingkungan, dan perempatan jalan nampak lebih indah dan tertib bila tanpa Pengemis dan Gepeng. Akan  tetapi kebijakan pemerintah yang hanya berpandang dari segi lingkungan semata tanpa memikirkan sosuli yang baik bagi para Gepeng dan Pegemis itu ya sama saja hasilnya “nol”. Maka sudah selayaknya para pemerintah juga menyediakan sarana pemberdayaan para Gepeng dan Pengemis jika mereka ingin para pengemis tidak lagi mengganggu ketertiban lalu-lintas.
Jadi buat apa selogan itu tetap diaadakan bila tidak adanya keseimbangan kebijakan? Tidak adanya sarana pelatihan dan pemberdayaan bagi para Gepeng dan Pengemis serta tidak ada kejelasan dana sumbangan yang sudah mengalir di lembaga yang berwenag tetap saja akan membuat para Gepeng dan Pengemis merasa sengsara. Dan lagi-lagi indikasi penyalah gunaan dana yang di pegang pemerintah yang akan dipertanyakan.
Oleh :
Chafid Masrur Afida
Mahasiswa SKI, Fakultas Adab & IB
                                                                                                              UIN Sunan KalijagaYogyakarta
 

Jum'at, 13 Januari 2012

 

Berita :

 

DRAINASE NGGAK BERES, AIR MENGGENANG

 

Mampetnya saluran air yang tersumbat sampah di duga menjadi penyebab halaman Student Center tidak nyaman karena sering tergenang air.


Ketidakberesan saluran air (selokan) mengakibatkan halaman Student Center UIN Sunan Kalijaga sering terendam air di saat hujan turun. Hal ini menuai protes para mahasiswa yang merasa terganggu atas tergenangnya akses jalan ke Student Center. Genangan yang cukup kotor itu, juga di khawatirkan menjadi sumber penyakit.
Ketidak nyamanan ini di ungkapkan oleh Whisnu Arimurti seorang mahasiswa jurusan Bimbingan & Konseling Islam semester 1. “saya rasa cukup mengganggu, terlebih saya mengkhawatirkan adanya perkembangbiakan nyamuk yang berbahaya mas.” Sambungnya. Ia pun juga menyarankan bahwa sistem pengairan di sekitar Student Center perlu di benahi.
Whisnu juga mengatakan bahwa hal ini mungkin juga disebabkan dari sampah-sampah plastik yang terbuang sembarangan. Hal ini di duga menjadi penyebab utama mampetnya saluran pembuangan air akibat penyumbatan sampah-sampah plastik.
Ketidak nyamanan juga di rasakan oleh Gulton mahasiswa jurusan Kimia semester 7. Ia menyatakan bahwa terganggunya akses jalan menuju Student Center UIN Sunan Kalijaga banyak dirasakan mahasiswa pejalan kaki. Keadaan yang demikian di perkirakan karena faktor lahan Student Center yang relatif rendah. “keadaan lahan Student Center yang relatif rendah mungkin juga bisa menjadi penyebab banjir mas, solusinya mungkin bisa di buat lebih tinggi untuk lahan depan dan parkiran”. Tambah Gulton saat di wawancarai kemarin Selasa (3/1).
Keadaan semacam ini seharusnya ada pengaduan ke pihak rektorat agar cepat segera di tindak lanjuti. Walaupun demikian Gulton juga menyarankan, selain pihak rektorat seharusnya juga ada kepedulian bersama para mahasiswa untuk menanggulangi hal itu.
Sampai saat ini masih belum terlihat adanya penindak lanjutan masalah tersebut. Menurut Gulton, mungkin pihak rektorat yang belum mengetahui akan hal ini. Ia pun juga menyarankan agar pihak rektorat lebih kritis mengkontrol keadaan sekitar UIN Sunan Kalijaga. Sehingga di harapkan tidak sampai adanya demonstran-demonstran yang lebih berkepanjangan.
Selain itu, menurut salah seorang satpam Student Center, penggenangan air itu di sebabkan dari meluapnya air got kecil yang terletak di sebelah barat Student Centar. “sebenarnya di got kecil itu ada dam nya mas, hanya saja yang membawa kunci dam itu warga, jadi kalau ada air datang kita tidak bisa mengatur air itu melalui dam tersebut”. Tambah satpam Student Center saat di wawancarai kemarin pagi (3/1) di parkiran.
Saat di konfirmasikan ke pihak Rektorat dalam hal ini adalah kepala bagian rumah tangga. Ali Shodiq mengakui baru mengetahui setelah ada keluhan yang di sampaikan mahasiawa. Ia rencananya akan secepatnya menindak lanjuti masalah demikian setelah adanya konfirmasi dari kepala Student Center. “ya, nanti akan kami cek mas, kalau memang ada yang perlu di benahi, ya kami benahi setelah ada konfirmasi dari kepala Student Center.” Tutur Ali Shodiq.
Walaupun demikian Ali Shodiq juga menyarankan hal yang sama seperti Gulton, untuk adanya kepedulian sosial para penghuni Student Center. “ya, seharusnya dari mahasiwa sendiri juga ada kesadaran sosial untuk bekerja bakti, minimal jum’at bersih-bersih lah, kan masalah itu mungkin hanya di sebabkan saluran air tersendat sampah.” Tambahnya. 

 

Senin, 9 Januari 2012

Opini :   

Makna Solidaritas Yang Terbengkalai

Sering kita di bingungkan oleh kata-kata "Solidaritas". Solidaritas atau kebersamaan sering kali di maknai oleh pemikiran orang-orang yang kurang tepat. Kerap kali mereka memanfaatkan makna solidaritas sebagai media memudahkan jalan hidupnya. walaupun solidaritas harus dimiliki dalam setiap diri manusia, namun tidak serta-merta harus di tanamkan mentah-mentah. Sebagai manusia kita harus mempertimbangkan atas apa yang di-edekan orang lain.

Tidak jarang kita makin merugi atas solidaritas yang salah. Delima makna solidaritas paling banyak di alami oleh mereka yang harus menjalani kehidupannya sendiri dan jauh dari sanak keluarga. mereka yang hidup dalam satu kandang serumpun dengan berbagai perbedaan karakteristik seseorang, harus pandai menyesuaikan dengan perbedaan pendapat yang berbeda pula. hal ini lah yang dirasakan oleh kebanyakan orang yang harus disatukan dengan orang-orang yang berbeda watak & sikap-sikapnya.

 Mereka semua termasuuk penulis sendiri seharusnya lebih kritis dalam hal solidaritas. Bagi saya tidak selamanya solidaritas itu perlu di lakukan. ada kalanya solidaritas itu perlu di pilah-pilah. karena apabila tidak, kita akan merugi dengan dampak solidarittas yang belum tentu baik bagi kita. Saya contohkan disini seorang mahasiswa yang berasal dari golongan menengah ke bawah tidak perlu sesering mungkin meminjamkan uangnya apabila di rasa pas-pasan untuk dirinya sendiri. 

Hal ini akan mengakibatkan kesalahan besar apabila mahasiswa itu mendapat kesukaran hidup dari apa yang ia lakukan sendiri. Kasus ini sering timbul dari permasalahan utama yang sering terjadi seperti rasa tidak enak, takut, dan lain sebagainya.dan kebetulan kasus seperti itu prnah saya alami sendiri.

Assertifitas sanagt berperan penting dalam menyikapi hal semacam ini. namun pada saat ini, ke assertifan yang banyak diajarkan di perguruan tinggi belum sepenuhnya terrealisasikan oleh kehidupan nyata.padahal sebaiknya dengan asertifitas, seseorang dapat menengahi persoalan yang ada. dalam hal ini adalah makna solidaritas yang salah.

Memang belum begitu populer mengenai ke-asertifan ini. Namun setidaknya melalui tulisan ini pembaca dapat memahami apa yang sedang bergelut dalam kehidupannya. serta dapat memberikan solusi atas masalah yang di hadapi yang banyak bersandungan dengan rasa takut. yang akhirya dapat menjerumuskan kehidupan orang itu sendiri. 

From : http://www.lpmarena.com/home/235-drainase-nggak-beres-air-menggenang.html

 

Minggu, 8 Januari 2012

Berita :

Perawatan Kurang, Tanaman Mati. 

Perawatan tanaman di kampus UIN Sunan Kalijaga yang kurang diperhatikan mengakibatkan pemandangan dan keindahan kampus tertanggu, hal ini di duga karena kurangnya kesuburan tanah akibat minimnya pemupukan.
Lana, mahasiswa prodi biologi semester satu mengungkapkan “saya rasa cukup menggangu mas, sebaiknya tanaman ini di pangkas saja biar tidak merusak pemandangan.” Tuturnya.
Saat berhasil di wawancarai oleh team ARENA (15/12) lana juga mengatakan bahwa kurangnya perawatan dan pemupukan dirasa menjadi penyebab tanaman itu kering dan akhirnya mati. Sampai saat ini belum ada perawatan yang lebih intensif.
Ketidaknyamanan akan hal ini juga dirasakan oleh Putri mahasiswi pendidikan bioogi semester 5. “Mengganggu sih jelas, ini saya rasa merusak pemandangan.
Saat ingin dikonfirmasikan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini rektorat. Salah satu staff rumah tangga mengelak saat dimintai keterangan.
Last Updated (Wednesday, 21 December 2011 08:29) 

From : http://www.lpmarena.com/home/206-perawatan-kurang-tanaman-mati.html
 

2 komentar:

  1. ini adalah cuplikan video klip LEMBAGA PERS MAHASISWA ARENA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. sumber: www.youtube.com/lpm arena

    BalasHapus
  2. ini adalah cuplikan video klip proses jurnalistik. LEMBAGA PERS MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA memperlihatkan proses dan gelutan jurnalistik. sumber:www.youtube.com/lpm arena

    BalasHapus